Selasa, 16 Maret 2010

lOve poeM

Tetaplah Disisiku

Ya Allah…
Dimanakah ku harus berlabuh…
Saat semua dermaga menutup pintu,
Dan berkata “ ini bukan untukmu…”
“Segara menjauh karna disini bukan tempatmu….!!!”

Ya Allah…
Katakan padaku, dermaga untukku berlabuh…???
Agar ku segera menghela nafas kehidupan yang baru.
Sampai kapan ku harus arungi waktu,..
Ku lelah Menunggu suatu yang tak pasti walau hanya Satu,..

Ya Allah …
Beri aku penerang jalan-Mu
Agar tak tersesat saat ku melaju,..
Kuatkan awak kapalku,
Saat badai menghalangi jalanku

Ya Allah …
Tetaplah disisiku,
Jangan Engkau menjauh dariku…
Karna ku mati tanpa hadir-Mu


October 11, 2008 by Rieke\'
Filed under Puisi Islami

Senin, 15 Maret 2010

musLImah

Pesona Kecantikan Batin wanita muslimah(Inner Beauty)

Malu karena Allah adalah perona pipinya…..Penghias rambutnya adalah jilbab yang terulur sampai dadanya…..Zikir yang senantiasa membasahi bibir adalah lipstiknya……Kacamatanya adalah penglihatan yang terhindar dari maksiat……Air wudhu adalah bedaknya untuk cahaya di akherat….Kaki indahnya selalu menghadiri majelis ilmu……Tanganya selalu berbuat baik pada sesama….Pendengaran yang ma’ruf adalah anting muslimah…..Gelangnya adalah tawadhu…..Kalungnya adalah kesucian

Membaca sebait puisi yang tertulis di dalam buku Kotak kecantikan Ajaib yang ditulis oleh Ninih Muthmainnah atau yang biasa disebut teh ninih membuat saya berfikir bahwa mungkinkah bisa menjadi seperti apa yang beliau uraikan tersebut. Buku yang menjelaskan tentang lika-liku seorang muslimah, bagaimana pentingnya mengutamakan kecantikan batin dari pada hanya memperhatikan kecantikan fisik semata. Yahh..wanita dengan segala keindahanya..karena memang seperti itulah Allah menciptakan makhluk yang bernama wanita. Namun terkadang…kecantikan itu yang bisa membuat wanita menjadi penghuni neraka terbanyak dibandingkan laki-laki.Siapa sih yang tidak ingin disebut cantik? Semua wanita pasti menginginkannya. Berbagai macam cara dilakukan agar bisa terlihat cantik. Bahkan yang sebenernya tidak terlalu cantik, bisa mendadak jadi cantik kalau dia makeover tubuhnya disalon dan berdandan dengan pakaian yang modis. Halah…kayaknya butuh ekstra banyak doku deh kalau mau terus ngikutin hawa nafsu biar tetep di bilang cantik.

“eh…aku dah cantik blum”“

kira-kira…pantes gak ya aku dandan kaya gini”

“pakaian sama dandanan apaan sih yang lagi ngetrend saat ini, mau dunk di makeover kaya majalah itu”

“kira-kira si dia suka gak ya, tampilan cewek modis”

Bla…bla…bla….banyak deh rumpian yang sering kita denger kalo segenk wanita sudah ngomongin masalah penampilan atau kecantikan fisik. Memang cantik fisik itu penting juga, dan tidak bisa dianggap remeh. Tapi, apakah hanya sekedar cantik parasnya, mata yang indah, suara merdu? Tentu saja tidak. Kecantikan luar itu tidak akan bermakna tanpa ada kecantikan yang datang dari dalam. Waduuhh…apa lagi nih? Kecantikan batin atau bahasa kerenya Inner Beauty.

Terkadang kita pernah melihat atau berbicara dengan seseorang yang sebenarnya dari penampilan fisiknya biasa-biasa saja, tapi ada aura yang terpancar dari dirinya yang membuat kita merasa tertarik padanya. Nah! Pesona inilah yang disebut dengan Inner Beauty. Menurut buku yang saya baca ini, Inner Beauty adalah suatu kekuatan yang tidak terlihat memancarkan keindahan, karisma seseorang. Tetapi pengaruhnya dapat dirasakan oleh orang lain yang berada disekitarnya dan juga memiliki ketaqwaan kepada Allah. Wanita yang senantiasa memelihara ketaqwaan akan dapat mengalahkan kecantikan yang hanya dimiliki lahiriah saja.

Ciri wanita bertaqwa adalah mencintai Allah dan Rasulnya. menutup auratnya, melakukan ibadah-ibadah sunnah, berdzikir kepada Allah, bergaul dengan orang-orang shaleh, merasa diawasi oleh Allah, mengendalikan hawa nafsu.

sudah jelas mengenai inner beauty? Sekarang bagaimana caranya supaya memiliki inner beauty tersebut.Seorang muslimah, dapat memancarkan aura keanggunan fisiknya dari kepribadianya sehingga dapat tampil mempesona. Agar aura kecantikan bisa terpancar, maka diperlukan adanya keseimbangan antara kecantikan fisik dan juga kecantikan batinnya.Bagaimana bisa menampilkan inner beauty? Kunci utamanya adalah harus tampil percaya diri atau PeDe, berfikiran positif, dan tidak menyesali keadaan. Mampu mengendalikan stress.dan tetap semangat dalam menghadapi segala cobaan. Manajemen hati juga penting lho! Supaya bisa terhindar dari rasa benci, dengki, iri, mencoba untuk menghargai orang lain, gaya hidup yang sehat serta pola makan yang tepat. wah berat juga yaa…tapi mulai dicoba tidak ada salahnya kan?

Lantas, bagaimana caranya mengasah inner beauty tersebut?

Pertama, berfikiran positif. Berfikir positif pada diri sendiri dan juga pada orang lain. Muslimah yang berfikiran positif diyakini dapat membuat wajah lebih bersinar karena yang ada di dalam hati dan pikiran terpancar melalui wajah dan mata. Jangan menyesali kekurangan diri, lebih baik berfikir bahwa manusia memiliki kekurangan dan juga kelebihan.

Kedua, rasa Syukur. Rasa syukur juga membuat kita terhindar dari penyakit hati. Bersyukur dengan apa yang telah Allah berikan karena pada dasarnya Allah sudah menciptakan fisik kita sedemikian sempurnanya. Rasa syukur akan membuat batin terasa lebih tentram. Biasakan juga untuk mengulurkan bantuan dengan ikhlas bagi orang yang membutuhkan.

Ketiga, mengasah kemampuan intelektual. Dengan wawasan serta pengetahuan yang luas akan membuat wanita muslimah memiliki nilai tambah tersendiri.

Keempat, hal yang tidak kalah pentingnya adalah SENYUM (^_^). Karena senyum yang tulus dapat meluluhkan ketegangan jiwa dan membuat wajah lebih bersinar. Hiks! Senyumnya asal jangan disalah artikan saja yaa…..

Ciri-ciri wanita muslimah yang memiliki kecantikan inner beauty itu, mereka yang mampu bertoleransi dan berinteraksi dengan sesama, mempunyai rasa sayang terhadap siapapun, dan rendah hati serta kuat iman. Heemmm…kira-kira…sudah ada blum yaa di diri ini ciri-ciri tersebut? Yah kalau kepingin punya ciri-ciri tersebut. Tidak ada salahnya kan mencoba mengikuti saran teh ninih?

Rabu, 10 Maret 2010

KecerDasAn eMOsi ADalaH....

Apa itu kecerdasan emosi? Menurut Wikipedia, Kecerdasan Emosi atau Emotional Intelligence (EI) menggambarkan kemampuan, kapasitas, keterampilan atau, dalam kasus EI sifat model, kemampuan diri, untuk mengidentifikasi, menilai, dan mengelola emosi diri sendiri, orang lain, dan kelompok.

Mengapa begitu penting? Emosi berkaitan dengan keputusan dan tindakan. Jika emosi tidak dikelola dengan baik, masihkah berharap bahwa keputusan dan tindakan kita juga baik?

saya menemukan ada 5 dasar kecerdasan emosi. Kelima dasar itu adalah

  1. Mengetahui perasaan Anda dan menggunakannya untuk membuat keputusan dalam hidup Anda.
  2. Mampu mengatur kehidupan emosional Anda tanpa dibajak oleh emosi-emosi negatif seperti depresi, marah, kebingungan, dan sebagainya.
  3. Bertahan dalam menghadapi kemunduran dan menyalurkan dorongan Anda untuk mengejar tujuan-tujuan Anda.
  4. Empati – membaca emosi orang lain tanpa mereka memberi tahu Anda apa yang mereka rasakan.
  5. Penanganan perasaan. Termasuk kemampuan membaca dan mengartikulasikan emosi yang tersirat

Lalu siapa teladan kita dalam hal kecerdasan emosi? Tentu saja, tiada lain dan tiada bukan, teladan kita adalah Rasulullah saw. Banyak literatur yang membahas kecerdasan emosi, tetapi Al Quran dan Hadits-lah sumber rujukan utama kita.

Jika kita meneladani bagaimana cara Rasulullah saw berinteraksi dengan orang-orang sekitar beliau, dengan keluarga, bahkan dengan orang-orang yang menentang beliau, kita bisa petik bagaimana kecerdasan emosi beliau yang mengagumkan. Itulah praktek utama kecerdasan emosi.

Dari berbagai literatur

2:34, March 8, 2010 by Rahmat Mr. Power under: Artikel, Berpikir Positif,

Selasa, 09 Maret 2010

BuAt ApA seKOlah....?

Nama & E-mail (Penulis): Muhammad Khairul Idaman
Saya Mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)
Tanggal: 27 Juni 2004
Judul Artikel:
Topik: Buat Apa Sekolah?

BUAT APA SEKOLAH?
Oleh: Muhammad Khairul Idaman*
Seorang ibu berkata pada anaknya" nak kalau sudah besar kamu harus jadi pegawai negeri sipil (PNS) biar hidupmu tidak susah, jangan meniru bapak dan ibumu yang tiap hari harus jualan sayur kepasar, biar bapak dan ibu saja yang bodoh dan susah cari uang liat tetangga kita itu sekolahannya tinggi coba lihat hidupnya enak kamu harus mencontoh dia" . Sementara dilain pihak seorang ibu berkata " buat apa sekolah tinggi-tinggi ? dokter sudah ada, menteri sudah ada, guru banyak, presiden sudah ada, mendingan uang sekolahmu dibelikan sapi biar beranak-pinak lebih jelas hasilnya dari pada harus dibayarkan untuk sekolah, coba lihat si lukman itu sekolah jauh-jauh tapi setelah selesai nganggur dan akhirnya sekarang jadi sopir anggutan.." !

Sadar atau tidak, ditingkatan masyarakat opini yang terbangun mengenai dunia pendidikan (sekolah) seperti yang diilustrasikan diatas. Masyarakat menilai bahwa salah satu alat keberhasilan seseorang bersekolah adalah sejauh mana dia mampu membawa dirinya pada status social yang tinggi dimasyarakat indikasinya adalah apakah seseorang itu bekerja dengan berpenampilan elegan (berdasi, pake sepatu mengkilap, dan membawa tas kantor) atau tidak, dan apakah seseorang tersebut bisa kaya dengan pekerjaannya? Kalau seseorang yang telah menempuh jenjang pendidikan (SLTA, D1, D2, D3, S1, S2, dan S3) lulus dan setelah itu menganggur maka dia telah gagal bersekolah. Hal semacam inilah yang sering ditemui di masyarakat kita.

Mencermati hal diatas, apakah memang praktek-praktek pendidikan yang selama ini dijalani ada kesalahan proses?, mengapa dunia pendidikan belum bisa memberikan pengaruh pencerahan ditingkatan masyarakat, lantas apa yang selama ini dilakukannya oleh dunia pendidikan kita? kalaupun yang diopinikan masyarakat itu adalah kesalahan berpikir, mengapa kualitas pendidikan di Indonesia tidak lebih baik dari negara lainnya, bukankah setiap hari upaya perbaikan pendidikan terus dilakukan mulai dari seminar sampai dengan pembuatan undang-undang system pendidikan nasional? Atau inilah yang dimaksud oleh Ivan Ilich bahwa "SEKOLAH itu lebih berbahaya daripada nuklir. Ia adalah candu! Bebaskan warga dari sekolah."

Jelasnya pendidikan (sekolah) bukanlah suatu proses untuk mempersiapkan manusia-manusia penghuni pabrik, berpenampilan elegan apalagi hanya sebatas regenerasi pegawai negeri sipil (PNS), tapi lebih dari itu adalah pendidikan merupakan upaya bagaimana memanusiakan manusia. Tentunya proses tersebut bukan hal yang sederhana butuh komitmen yang kuat dari setiap komponen pendidikan khusunya pemerintah bagaimana memposisikan pendidikan sebagai inventasi jangka panjang dengan produk manusia-manusia masa depan yang hadal, kritis dan bertanggung jawab. Kalau dunia pendidikan hanya diposisikan sebagai pelengkap dunia industri maka bisa jadi manusia-manusia Indonesia kedepan adalah manusia yang kapitalistik, coba perhatikan menjelang masa-masa penerimaan siswa/mahasiswa tahun ajaran baru dipinggir jalan sering kita temukan mulai dari spanduk, baliho, liflet, brosur, pamlet dan stiker yang bertuliskan slogan yang kapitalistik seperti " lulus dijamin langsung kerja, kalau tidak uang kembali 100%, adapula yang bertuliskan "sekolah hanya untuk bekerja, disini tempatnya" apalagi banyaknya sekolah-sekolah yang bergaya industri semakin memperparah citra dunia pendidikan yang cenderung lebih berorientasi pada pengakumulasian modal daripada pemenuhan kualitas pelayanan akademik yang diberikan. Akhirnya terlihat dengan jelas bagaimana mutu SDM Indonesia yang jauh dari harapan seperti dilaporkan oleh studi UNDP tahun 2000 yang menyatakan bahwa Human Development Indeks (HDI) Indonesia menempati urutan ke 109 dari 174 negara atau data tahun 2001 menempati urutan ke 102 dari 162 negara.

Jadi, tidak mengherankan kalau ditingkatan masyarakat memandang dunia pendidikan (sekolah) sampai hari ini seperti layaknya sebagai institusi penyalur pegawai negeri sipil (PNS) indikasi dari pandangangan tersebut bisa dilihat bagaimana animo masyarakat yang cukup tinggi ketika pembukaan pendaftaran calon pegawai negeri sipil (CPNS) seolah-olah status/gelar akademik yang mereka capai (D1,D2,D3,S1,S2, dan S3) hanya cocok untuk kerja-kerja kantoran (PNS) hal inipun merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tingkat pengangguran kaum terdidik setiap tahunnya bertambah sebab kesalahan motiv sekolah sebagai akibat dari prilaku sekolah yang kapitalistik akhirnya banyak melahirkan kaum terdidik yang bermentalitas "Gengsi gede-gedean"

Beberapa hal diatas setidaknya menjadi renungan bagi dunia pendidikan kita bahwa pendidikan bukanlah sesederhana dengan hanya mengupulkan orang lantas diceramahi setelah itu pulang kerumah mengerjakan tugas besoknya kesekolah lagi sampai kelulusan dicapainya (sekolah berbasis jalan tol), kalau aktivitas sekolah hanya monoton semacam ini maka pilihan untuk bersekolah merupakan pilihan yang sangat merugikan akan tetapi kalau proses yang dijalankannya tidak seperti sekolah jalan tol maka pilihan untuk beinvestasi di dunia pendidikan dengan jalan menyekolahkan anak-anak kita merupakan pilihan yang sangat cerdas. Oleh sebab itu sudah saatnya dunia pendidikan kita mereformasi diri secara serius khusunya bagaimana pembelajaran di sekolah itu bisa dijalankan melalui prinsip penyadaran kritis sehingga melalui kekuatan kesadaran kritis bisa menganalisis, mengaitkan bahkan menyimpulkan bahwa persoalan kemiskinan, pengangguran, dan lainnya merupakan persoalan system bukan karena persoalan jenjang sekolah. Inilah yang seharusnya menjadi muatan penting untuk diinternalisasikan disetiap diri siswa.

Selain itu, mengembalikan kepercayaan masyarakat bahwa sekolah itu tidak sekedar tahapan untuk bekerja kantoran menjadi salah satu agenda dunia pendidikan yang harus segera dilakukan sehingga masyarakatpun bisa memahami secara holistik untuk apa pendidikan itu dilahirkan. Agenda semacam ini akan bisa dijalankan secara baik kalau masing-masing insitusi pendidikan bertindak secara fair bagaimana proses penerimaan siswa baru tidak lagi memakai slogan yang menyesatkan. Mempertahankan sekolah yang kapitalistik sama saja menggerogoti minat dan motivasi masyarakat untuk turut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

* Penulis adalah Mahasiswa S1 UMM dan Aktiv Di Center For Educational Reform Studies (CeRDAS)

Saya Muhammad Khairul Idaman setuju jika bahan yang dikirim dapat dipasang dan digunakan di Homepage Pendidikan Network dan saya menjamin bahwa bahan ini hasil karya saya sendiri dan sah (tidak ada copyright). .

Rabu, 03 Maret 2010

tipz....supaya confidence...

Tips Kalau Anda Mau Percaya Diri

Jakarta, Kompas
Oleh: SAMUEL MULIA, Penulis Mode dan Gaya Hidup

Kalau banyak dari kita membeli barang-barang mahal nan mewah, sebut saja tas mahal, mobil mahal, sepatu mahal, bahkan punya rumah mahal di daerah kelas atas, maka dari sejuta alasan yang akan diberikan, jika Anda menanyakan mengapa mereka membelinya, pasti saya yakin ada saja yang mengatakan bahwa semua itu akan menambah kepercayaan diri.

Saya adalah salah satu korban pemikiran semacam itu. Tanpa mengurangi rasa hormat dan syukur --karena saya sebetulnya sangat menghormati dan bersyukur-- kepada Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta langit dan bumi dan makhluk di dalamnya, saya terlahir dengan fisik sederhana dan biasa-biasa saja. Kecil, kurus, dan... hidup, itu kata teman saya.

Ganteng? Itu tak herlaku untuk saya. Waduh... dibandingkan dengan pria-pria lainnya, saya tidak masuk hitungan. Kalau dimisalkan sebuah lomba, mau masuk semifinal saja mungkin saya harus perlu katebelece. Bahkan, kalaupun ada 100 atau bahkan 500 pria terganteng, saya pun juga tak akan masuk ke dalamnya. Nomor 499 saja pun masih jauh rasanya.

Karena saya jauh dari sosok seperti Marcellino Lefrand atau Ari Wibowo, bahkan Tora Sudiro, maka dalam perjalanan hidup ini saya pernah mempunyai periode tak percaya diri. Dulu saya tak pernah memikirkan ini bakal terjadi. Dan waktu itu terjadi dan saya menyadarinya, hati ini sempat tidak menerima. Kok pendeklah, kok jeleklah, kok ini, kok itu, dan seterusnya, dan seterusnya.

Kalau fisik saya tak seberapa, keadaan finansial dan karier saya boleh dikatakan lumayan. Dengan keadaan itu, saya mulai mengenal enaknya bisa beli barang-barang mahal, mulai dari tas, kemudian sepatu, kemudian baju. Jadwal perjalanan saya melintasi benua juga menambah kepercayaan diri saya. Bayangkan saja, pria yang tadinya biasa-biasa saja, fisik yang sama sekali tidak menarik, tiba-tiba bisa terbang ke sana kemari, beli jas Armani, dan sepatu John Lobb.

Seperti narkoba

Semua itu membuat saya kemudian merasa barang-barang mahal ini adalah sarana agar saya bisa terus merasakan hadirnya percaya diri. Harus diakui keadaan itu sangat nikmat dilakoni. Saat itu saya herterima kasih di dunia ini ada barang bermerek. Barang yang ternyata membantu saya menepis, paling tidak, kesedihan saya sebagai manusia yang fisiknya dilahirkan biasa-biasa saja, bahkan tak ada geregetnya, untuk dapat sejenak merasa senang bisa membuat orang menoleh kepada saya yang tidak saya dapatkan dari keadaan lahir.

Akhirnya saya sering melarikan diri bersembunyi, dan memeluk barang-barang mahal itu sebagai senjata untuk memesona orang lain, untuk menerima hormat orang lain dan untuk dapat diakui.

Semua itu seperti narkoba. Saya seperti tak lagi bisa memercayai kemampuan saya sebagai manusia, tetapi malah menggantungkannya pada harang-barang itu. Saya tidak malah mencoba memesona orang dengan kepribadian saya, tetapi justru dengan menyodorkan barang-barang itu ke hadapan mereka. Saya menjadi senang dibicarakan orang karena barang-barang itu ketimbang saya yang punya otak sedikit encer.

Dengan waktu yang bergulir dan kematangan jiwa, kini saya berpikir bagaimana mungkin saya bisa percaya diri dengan bantuan benda-benda mati itu? Bagaimana mungkin saya mencari kepercayaan diri di balik logo-logo barang mahal itu? Bagaimana mungkin kepercayaan diri saya cuma seharga barang mahal itu?

Itu bukan kepercayaan diri yang saya dapatkan, itu cuma ego yang terpuaskan yang membuat saya malah cenderung menjadi sombong. Dan saat saya merasa punya kepercayaan diri dengan benda mati mahal itu, saat itu justru saya sedang benar-benar dalam keadaan tidak percaya diri. Itu sebuah rasa percaya diri yang semu.

Saya tak akan berhenti membeli barang-barang mahal karena sejujurnya saya tak mampu berhenti terpukau. Tetapi, kini saya tahu, saya membeli hanya untuk kesenangan ego semata, bukan membeli karena saya mencari tempat perlindungan. Sepengetahuan saya juga, butik bernama Prada, Dior, dan nama-nama lainnya hanya menjual tas, baju, dan sepatu. Di etalase mereka pun tak pernah tertulis: Di sini menjual kepercayaan diri buatan Perancis.

Tips Kalau Anda Mau Percaya Diri

1. Sadarilah sejak awal bahwa kata percaya diri itu berarti Anda yang percaya kepada diri Anda. Percaya diri tak berarti percaya pada sebuah benda, sebuah logo, atau sebuah merek, tetapi Anda titik. Jadi, kalau percaya diri yang mau ditingkatkan, yang harus naik kelas itu Anda, yang ditingkatkan itu Anda, bukan benda-benda mati, mahal nan mewah itu. Itu namanya bukan percaya diri, tetapi percaya benda mati.

2. Mau menambah percaya diri tak bisa hanya bermodalkan keadaan lahiriah semata. Apalagi kalau lahiriahnya seperti saya. Kepala Anda juga mesti diisi dengan berbagai macam pengetahuan dan informasi. Kalaupun Anda bisa nyerocos dalam tujuh bahasa—di luar bahasa daerah—tetapi apa yang Anda bicarakan hanya berkisar berlian dan membedah isi majalah People, sebaiknya Anda tak usah bangga dahulu.

3. Bergaul. Bersosialisasilah seluas-luasnya, bukan sebanyak-banyaknya. Luas itu artinya Anda bergaul di berbagai macam kalangan, tanpa punya prasangka dan batasan apa pun. Semua kalangan memiliki keunikannya sendiri. Anda akan menjadi manusia yang lebih terbuka dengan mencoba menyelami aneka rupa kalangan ini. Tak perlu banyak-banyak yang Anda kenal, nanti malah jadi arisan.

4. Jangan biasakan bersembunyi di balik orang lain untuk menjadi percaya diri. Kalau Anda memang hanya kenal adiknya Titi DJ, bilang saja, ”Oh gue kenal tuh sama Samuel.” Tak perlu mengatakan, ”Oh gue kenal sama adiknya Titi DJ.” Yang Anda kenal Samuel, adiknya Titi DJ. Anda tak kenal Titi DJ, bukan? Jadi jangan membuat orang berasumsi Anda kenal dengan Titi DJ seolah-olah pergaulan Anda begitu hebatnya.

Atau suatu hari teman Anda mengajak pergi dan kebetulan dia mengenal Dian Sastro dan mengajaknya pergi bersama. Ketika ditanya apa yang Anda lakukan kemarin, Anda bilang saja pergi ke Ancol. Tak perlu mengatakan, ”Kemarin gue sama Dian Sastro ke Ancol.” Yang kenal Dian dan mengajaknya pergi itu teman Anda dan bukan Anda. Oke?

5. Biasakan menjadi pribadi yang sederhana, rendah hati, dan tak perlu petantang-petenteng. Percaya diri itu bukan artinya Anda membeberkan kehebatan pribadi Anda. Ingat akan pepatah yang mengatakan, padi yang makin berisi itu makin merunduk.*




Wasurenaide

“Hyung, hari ini hari apa?” Changmin bertanya seraya senyum-senyum geje kea rah Jaejoong yang sedang menonton TV dengan serius.
“Rabu,” jawab Jaejoong pendek. Pandangannya tetap tertuju kea rah Shinchan yang lagi nari-nari geje.
“Trus, sekarang tanggal berapa?” Tanya Changmin lagi.
“Auk. Yang jelas bukan tanggal 32. Soalnya mentok-mentoknya bulan tuh Cuma punya 31 hari.”
Changmin manyun. Tapi dia tidak putus asa untuk memancing Jaejoong ingat dengan hari ulang tahunnya “Hyung, inget nggak sekarang bulan apa?”
“Hm?” Jaejoong masih serius melihat tarian pinggul Shinchan. Sembunyi-sembunyi dia menirukan tarian tersebut. “Yang jelas bukan bulan membaca. Soalnya kalo udah deket bulan membaca TK di depan apartemen kita udah sibuk jualan komik.”
“Aish!” Changmin kesal sendiri. Akhirnya dia memutuskan untuk mengingatkan hyung-hyungnya yang lain. “Hyung, hyung, inget nggak hari ini hari apa?” Tanya Changmin ke Junsu yang sedang duduk seraya bertopang dagu di meja makan.
Junsu mengangguk. Changmin langsung senang melihat hal itu. “Hyung ingat hari ini ulang tahunku?!” Junsu mengangguk lagi. “Kalo gitu hyung, kita jalan-jalan yuk!” seru Changmin semangat. Junsu ngangguk-ngangguk lagi. “Jalan ke mana hyung?” Junsu ngangguk. “Kok ngangguk hyung?” Junsu ngangguk lagi. Mata Changmin langsung beralih melihat kea rah kuping Junsu. Earphone tergantung manis di kuping Junsu.
“Hyuuunnngggg!!!” Changmin berteriak. Jaejoong melemparnya dengan bantal sofa.
“Berisik!! Kalo mau latihan tangga nada, di luar sana!” usir Jaejoong.
Changmin meringis. Dia mengalihkan sasaran ke Yoochun yang tampak sibuk menulis sesuatu.
“Hyung, mau nggak jalan-jalan sama aku?” Changmin berusaha membujuk Yoochun.

Yoochun POV
5 mendatar 4 huruf, persamaan nggak mau...
“Ogah,” ujar Yoochun seraya menuliskan jawaban TTS-nya.
JEGLERRR!!! Hati Changmin langsung hancur. “Ya udah deh, Hyung tau nggak Yunho-hyung ke mana?” Changmin menyerah untuk mengingatkan 3 hyungnya ini. Mudah-mudahan saja sang leader mereka inget dengan ultah maknae mereka ini.

Yoochun POV
12 menyerong 8 huruf, tempat saringan air gagal ngalir disebut juga...
“Comberan.” Yoochun menulis jawabannya lagi.
“Hah? Comberan?” Changmin kaget. “Ngapain hyung?”

Yoochun POV
8 mendatar 5 huruf, cara ngambil air di sumur...
“Nimba.”
“Mwo? Buat apa?”

Yoochun POV
3 menurun 5 huruf, yang paling ditakutin kambing...
“Mandi.”
Changmin ngangguk-ngangguk. “Oh... karena kamar mandi kita lagi rusak ya? Emang comberannya comberan mana?”

Yoochun POV
7 melingkar 4 huruf, singkatan dari World Cup...

“WeCe.”
Changmin mengernyit. “WeCe? WeCe umum yang di samping gedung ini? Oke dah, pergi dulu ya hyung!” Changmin keluar apartemen dengan riang.
“Huwahh... Selesai juga...” Yoochun meletakkan pensilnya dan meregangkan tangannya. Dia melihat sekelilingnya. Jaejoong sekarang sibuk goyang-goyang pinggul, sedangkan Junsu sibuk mendengarkan iPod. “Kok tadi berasa adayang ngajak ngomong ya?” Yoochun garuk-garuk kepala bingung. “Auk ah!” cueknya. “Eh, gimana, persiapan ultahnya Changmin dan Lina udah siap belom?”
Jaejoong berhenti menonton TV. “Nggak tau juga. Yang jelas Yunho sekarang lagi ke dormnya suju buat mastiin persiapannya. Kita mau ke sana sekarang atau tidak?”
“Sekarang aja deh, Biar lebih siap. Menurumu gimana Junsu?” Yoochun bertanya ke Junsu yang sekarang malah asyik-asyik geleng-geleng kepala. “Ya! Kim Junsu!” Yoochun menggeplak Junsu dengan buku TTS-nya.
Junsu spontan melepas earphone-nya. “Apaan sih? Sakit tauk!” sungutnya.
“Makanya, dengerin orang ngomong dong!”
“Udah, udah, malah pada berantem. Yuk ah, kita ke dormnya suju. Ntar Changminnya keburu tau,” lerai Jaejoong dari kursinya.
“Ngomong-ngomong si Changminnya ke mana?” Junsu celingukan mencari sosok maknae mereka itu.
“Palingan ngambek gara-gara ngira kita lupa ulang tahunnya. Udah deh, mendingan kita sekarang cepetan ke dorm Suju!” perintah Jaejoong.
Yoochun menyimpan kembali buku TTS-nya dan segera menuju pintu apartemen mereka. Junsu mengikutinya dari belakang.
Yoochun terdiam sesaat. Kemudian dia menoleh kea rah Jaejoong. “Ya, Jaejoong-a, ayo cepat!”
Jaejoong menyeringai. “Eh, anu. Tadi saking semangatnya niruin Shinchan goyang-goyang pinggul, terjadi sesuatu denganku.”
“Apaan?” Tanya Yoochuun dan Junsu kompak.
“Pinggulku kecetit...”
“...”
***
Changmin celingukan di dalam WeCe berukuran 4 kali tikus 2 kali hamster tersebut. “Mana sih Yunho hyung? Katanya di sini. Yoochun hyung bo’ong ah!” kesal Changmin. Dia keluar dari WeCe tersebut dengan wajah kusut. Tanpa sengaja dia menabrak orang yang ada di depannya.
“Mianheyo...” Changmin membungkuk tanda minta maaf.
“Ne, keuncana...” jawab wanita itu. Tapi begitu melihat siapa yang menabraknya, mata wanita itu langsung terbelalak. “Changmin-a?”
“Lina-ssi, sedang apa kau di sini?” Changmin bingung.
“Kau sendiri?” Ya sudah, ayo kita mengobrol saja di kedai sana. Aku sedang makan di sana tadi.” Lina menunjuk kedai kecil yang berada di TK dekat apartemen DBSK. “Nih, pakai topiku biar kau nggak ketahuan.” Lina member Changmin topi birunya sedangkan dia memakai kacamata.
“Mau pesan apa?” Tanya Lina saat mereka masuk ke dalam kedai.
“Hm, nggak usah deh Noona. Ngerepotin...” Changmin menolak halus.
“Ngerepotin gimana, nih orang kan bangun kedai buat dibeli makanannya. Bukan buat dipajang doang...” jawab Lina santai seraya dudk di kursinya. Changmin menekuk bibirnya kesal.
“Bulgoginya satu ya adjeossi!” pesan Changmin akhirnya.
Lina menyeruput tehnya. “Fuah... Hidup ini emang berat ya...” ujarnya sok melankolis.
“Iya, apalagi kalo jempol kaki diinjek orang seenaknya. Sakit banget tuh,” sindir Changmin.
Lina melongok kea rah bawah meja. Kakinya yang beralaskan boot menginjak jempol kaki Changmin yang saat itu hanya memakai sandal. “Maap ya...”
Changmin meringis kuda (?!). Tak lama kemudian Adjeossi itu datang membawa pesanan Changmin. Changmin memakan bulgoginya sedikit kemudian menatap Lina lagi. “Emang noona kenapa sih?”
Lina meletakkan cangkir tehnya kemudian... “Huwee...” meweknya. Orang-orang yang berada di kedai tersebut langsung melihat kea rah mereka.
“Maaf, maaf, lagi latihan buat pertunjukan wayang ntar malem...” ngasal Changmin. “Udah ah noona, diem dong. Belom cerita aja meweknya udah kayak ditabok kingkong.”
Lina menghentikan tangisnya. “Abisnya aku kesel, masa Stephanie, Dana, dan Sunday luma sama ulang tahunku!”
“Mwo? Jadi noona hari ini ulang tahun? Sama dong kayak aku!”
“O ya?”Lina mengernyit. “Saengil chukkahaeyo deh kalo gitu. Memang umurmu sekarang berapa jadinya?” Tanya Lina.
“21. Kalo noona?”
“22,” jawab Lina pendek. Tiba-tiba ada botol kecap yang melayang ke arahnya. “Iya, iya, ngaku deh. Umurku 22... 2 tahun yang lalu...” ujarnya malu-malu.
Changmin menyeringai dikit. Dasar orang tua, hobinya malu. Contoh dong yang muda, hobinya nggak tahu malu.
JEDUG! Kepala Changmin digetok Lina pake spatula. “Ngapain kau ngatain aku tua ha?” galaknya.
“Yee... kapan aku ngatain noona tua?” ngeles Changmin.
“Pas aku bilang umurku 22...” omongan Lina terpotong oleh botol saos yang melayang ke arahnya. “Iya, iya, umurku 24,” kesal Lina. “Pas aku bilang gitu, sudut bibirmu naik 1,2 cm dengan sudut 27 derajat. Itu namanya kau nertawain aku kan?”
Changmin Cuma nyengir geje.
“Ya udahlah, trus ngapain kau di depan WeCe tadi?”
“Lah noona sendiri kenapa ada di sana tadi?”
“Aku awalnya mau ke Myeong-Dong..”
“Lah, kok malah ke sini?”
“Itu...” muka Lina mendadak merah.
“Noona... Jangan bilang kalo Noona nyasar?” Changmin curiga.
“Hehe...” ringis Lina. Changmin mendengus.
“Plis deh noona, ke Myeong-Dong aja bisa nyasar.”Changmin geleng-geleng kepala. “Hh... Balik ke cerita kita, aku sama kayak noona. Hyungdeul pada lupa sama ultahku. Trus pas aku Tanya ke Yoochun-hyung, Yunho hyung ada dimana, dia bilang Yunho hyung lagi di We-Ce. Makanya aku nyusul ke sana. Ternyata Yunho-hyung nggak ada tuh di sana. Kuesel!!” Changmin mematahkan sumpit bamboo kedai tersebut.
“Woi, mahal tuh. Langsung dari Cina tauk!” omel sang Adjeossi.
“Nyah, emang mahal banget pa Adjeossi?”
“Harganya emang nggak seberapa, perjuangan ngambilnya itu yang mahal. Orang yang buat tuh sumpit sempet nginep di U-Ge-De (saingannya U-Go-Girl *halah!*) gara-gara ditabok Panda yang nggak rela bambunya diambil. Mau gantiin tuh oramg ditabok Panda?”
Changmin langsung keder. “Iya iya, entar aku ganti deh...”
“Hiks... menyedihkan ya nasibku...” sendu Lina lagi.
“Sama lagi Noona, kita berdua dilupakan gitu aja. Huwee...” Changmin ikutan mewek dan SROTT... buang ingus bentar.
“Heh, itu syalku. Bukan kain gombal! Sembarangan aja ngejepret di situ!” dumel Lina.
Changmin mendongak kea rah syal itu. “Maaf noona. Nggak sengaja.”
“Nggak sengaja... cuci dulu tuh. Kembaliinnya kalo udah bersih!”
“Galak amat sih, pantesan ultahnya dilupain!”
“Kau sedniri, jorok amat sih. Sampe-sampe kalender aja nolak majangin tanggal ultahmu!” balas Lina.
“Lah tanggal ultah kita kan sama.”
“...”Lina mati kata.
“Malu nih yee...” goda Changmin.
Lina Cuma nyengir kuda. Dia dan Changmin kemudian mulai menyantap makanan mereka kembali.
“Ya, Changmin-a, abis makan ini jalan yuk!” ajak Lina setelah menghabiskan tehnya.
“Ke mana?”
“Ke mana ya... Hm... Everland aja gimana?” usul Lina.
“Yey! Hore!!” Changmin teriak kegirangan seraya mengangkat kedua tangannya. Lagi-lagi semua mata memandang ke arah mereka.
“Maap, map, besok ada lomba SKJ sekelurahan...” Lina memperagakan sedikit gaya SKJ. “Udah ah, bayar yuk. Daripada makin malu-maluin di sini!”
Lina dan Changmin berdiri dari duduknya dan berjalan kea rah Adjeossi yang tampak sibuk memotong sayuran untuk supnya.
“Adjeossi, semuany berapa ya? 1 bulgogi, 1 nasi goring Kimchi, sama 2 teh.”
“Hm?” Adjeossi itu berpikir sebentar. “50.000 Won.”
“Busyet, mahal amat,” spontan Changmin.
“Sumpit sumpit...” sang Adjeossi berusaha mengingatkan Changmin.
“Yaelah, baru bamboo yang diambil dari Panda aja . Gimana kalo yang ditabok beruang??”
“Udah ah, 50.00 cuma,” Lina merogoh sakunya. Wajahnya tiba-tiba berubah pucat. Changmin bingung melihat hal tersebut.
“Noona, keuncana?”
“Ya, Changmin-a, kau bawa uang tidak?” bisik Lina pelan.
“Em? Bentar...” Changmin mengeluarkan dompetnya. Begitu melihat isi dompetnya Changmin langsung meringis. “Kering noona...” Changmin memperlihatkan isi dompetnya yang kosong melompong.
“Ampun dah, udah dikenal ampe seluruh dunia isi dompet kemarau kronis gitu,” cibir Lina.
“Eh, noona, mau dikenal sampe planet Pluto juga kalo namanya bokek ya nasib dong...” Changmin membela diri. “Lah noona sendiri ngapain nanya aku ada duit atau nggak, emangnya noona nggak ada duit??”
“Sst! Berisik! Dompetku ketinggalan tauk!” desis Lina.
“Terus sekarang gimana?
Lina tampak berpikir sebentar. “Emm... Gini aj deh,” ujar Lina serius. Kemudian dia beralih ke adjeossi itu. “Gyaa! Wortelnya berubah jadi carrot!” pekik Lina geje.
“Apa? Ceret?” sang Adjeossi melongok ke arah wortel yang sedang dipotongnya.
“Kabur!!” Lina menarik tangan Changmin lalu kabur keluar kedai.
“Woi, tunggu. Bayar dulu!!” jerit si adjeossi sambil nagcungin pisau sayurnya. Changin dan Lina terus berlari. Tak jauh dari situ sebuah truk terparkir.
“Kita ngumpet aja di situ!” Lina menyeret Changmin masuk ke dalam truk tersebut.
Mereka berdua bersembunyi di dalam truk itu sampai ketiduran dan tak menyadari bahwa truk itu sudah berjalan pergi...
***
Tampak balon warna-warni menghiasi dorm suju. Di dekat pintu masuk terpajang banner ‘Saengil Chukkaehaeyo!!!’ yang rada berantakan gara-gara Shindong masangnya sambil merem.
“Ih, kok kayaknya miring 23 derajat ya?” komentar Sungmin.
“Ala, trigonometri dapat angka bebek aja sok-sok ngomongin sudut!” telak Shindong. Sungmin cengengesan.
Mereka semua sedang menunggu kedatangan Changmin dan Lina (emang mereka udah pada kasih tau apa ke Changmin ma Lina?) di ruang makan dorm Suju. Dikarenakan jumlah mereka yang udah sebanyak orang yang mau nikah missal, ruangan itu terasa sangat sempit.
“Anak-anak DB yang lain mana nih?” Eeteuk mengetuk-ngetuk meja dengan sendok. “Betewe kok nggak ada bunyi tok-tok ya mejanya?”
“Liat dong yang kau ketok apa?” ujar Heechul dengan nada aneh. Eeteuk melihat ke arah meja. Pantesan aja nggak ada bunyi, yang diketokin tangannya Heechul kok.
“Sakit dodol!” dumel Heechul.
“Ala, timbang sendok doang. Belum pake parang juga!” jawab Eeteuk santai yang langsung disambut pitingan oleh Heechul.
“Bagi para wanita di sini, jangan cari suami kayak gitu ya entar.” Kangin sok bijak.
“Yang kayak kau juga aku ogah,” hantam Stephanie langsung.
Kangin memberi tatapan ‘you-sit-up’ eh salah, ‘you-shut-up’ ke Stephanie.
“Ngemeng-ngemeng kue ulang tahunnya mana?” Tanya Hyoyeon. Semua langsung tersadar. “Iya ya, kuenya mana?” sambung Seohyun.
“Lah, tadi yang beli kuenya siapa?”
“Mereka berdua.” Yesung menunjuk Donghae dan Siwon.
“Trus kuenya mana?”
“Udah kok, tadi kita udah beli. Ya kan Donghae-ya?” Siwon memastikan ke arah Donghae.
“Iya sih...” ujar Donghae ngambang.
“Trusss... kuenya mana??”
“Em... Siwon-a, ngerasa nggak kalo pulang tadi kita nggak ada bawa kue?”
Siwon menoleh ke arah Donghae dengan gerakan slow motion. “Donghae-ya, jangan bilang kau...”
“Mian... aku lupa bawa kuenya abis kita beli tadi...”
“Mwoya?!!” teriak mereka keras seakan-akan mau menghancurkan dorm Suju *lebay,lebay*
“Gimana sih, kok bisa lupa? Ambil lagi deh sana!” suruh Dana kesal.
“Iya iya...”
1 menit kemudian...
“...”
“...”
5 menit kemudian...
“...”
“...”
10 menit kemudian...
“...”
“...”
“Heh, cepetan pergi! Kok malah bengong?!” bentak Sunday.
“Lah, ngambilnya sekarang?” Donghae bertanya polos.
“Ya Tuhan... Ya sekaranglah!! Donghae-ya, kau bener-bener minta digorok ya?” Yunho stress sendiri.
“Aku mau ditemenin...” manja Donghae. Dia melihat ke arah yang lain. Semua sudah memasang tulisan ‘Ogah banget’ di jidat masing-masing.
“Hm... Ya udah deh!” Donghae keluar dorm sambil menggerutu.
20 menit kemudian...
“Nih kuenya.” Donghae menyodorkan kotak kue ke arah mereka. Mereka membuka kue tersebut dan meletakkan kuenya di atas meja.
“Wah... Blackforest... laparnya...” Shindong menatap kue itu dengan pandangan berbinar.
“Kuatkan hatimu Shindong. Kuatkan!” ujar Hankyung lebay.
Tiba-tiba mereka mendengar teriakan ‘eu kyang kyang’ dari luar dorm.
“Itukan teriakan...”
“Kyaaa!!!” Taeyeon menjerit duluan.
“Lebay ah onnie!” hardik Yuri. Taeyeon nyengir malu. Akhirnya mereka semua berlari ke luar rumah.
Sementara itu...
“Ya noona, bangun!” Changmin menepuk-nepuk pipi Lina supaya bangun.
“Apaan sih? Lina mengelap peta impian yang nemplok di pipinya (bilang aja iler!).
“Kita ada di mana nih?” Changmin terlihat bingung.
“Hm?” Lina bangun dan melongokkan kepalanya ke luar truk. “Kayak kenal nih daerahnya...” gumamnya.
“Ya, onnie liat. Itu kan dorm Suju!” tunjuk Changmin ke arah Dorm Suju.
“Iya. Trus ngapain tuh mereka rame-rame di luar gitu?”
“Iya, Yunho hyung juga di situ.”
“Dana sama yang lainnya juga. Kejam. Kita dilupain gitu aja. Sementara mereka asyik-asyikan di sana...”
“Ya udah yuk noona, kita nyelinap aja ke dalam dorm suju. Biar mereka semua kaget ngeliat kita.”
“Sip!”
Sementara Lina dan Changmin mengendap-endap, yang lainnya...
“Kenapa kau berteriak Junsu-ya?” seru Yunho saat mereka semua sudah berada di luar.
“Ini nih, si Jaejoong!” Junsu menoleh ke Jaejoong yang sedang mencengkram tangannya dan tangan Yoochun seraya duduk di tanah.
“Oppa kenapa?” Tanya Sunny khawatir.
“Aku nggak kenapa-kenapa kok...” Micky senyum geje.
“Bukan kau, Jaejoong maksudnya,” potong Yunho.
“Dia? Dia mah ribut gara-gara pinggangnya kecetit.”
Jaejoong meremas tangan Yoochun. “Sakit tauk!”
“Ya tapi tanganku jangan diremes gitu dong!”
“Kenapa sih? Kecetit pinggang doang kan? Sini aku ajarin caranya supaya nggak sakit. Tarik napas dalam-dalam, buang perlahan-lahan, trus ngeden.”
PROTTT!!! Terdengar bunyi merdu dari Jaejoong.
“Jaejoong!! Jorok ah!!” seru Junsu kesal.
“Tauk nih, udah tau Eunhyuk tuh ga waras. Malah ditiru.”
“Tapi sembuh tauk!” Jaejoong tiba-tiba tersenyum cerah.
“Itu mah artinya kau nggak bisa buang gas... Wo... ngaku-ngaku kecetit!” omel Yoochun.
“Ya map bro...”
“Ya udah deh, cepetan diseret masuk gih!”
“Emangnya aku piaraan apa? Main seret!” gerutu Jaejoong.
“Bener-bener nih orang, eh, kau beneran minta dicolokk ya! Udah, cepetan seret tuh!”
“Sip!” Kangin, Heechul, dan Junsu menyeret Jaejoong masuk ke dalam dorm. Begitu mereka masuk...
“Aaaa!!!” teriak Lina dan Changmin.
“Aaaa!!!” balas Kangin, Heechul, dan Junsu.
“Beee...!!!”
“Ceee...!!!” Yang lain pada nyambung geje.
“Eh, udah, Apaan sih, pasti tekanya pada nyogok ya sampe pada masih belajar ngemeng gini!” Dana berusaha menetralkan yang sebenarnya malah bikin tambah ngaco.
“Kalian berdua kenapa tiba-tiba bisa ada di sini? Main makan aja lagi!” tunjuk Yesung ke arah mulut changmin dan Lina yang belepotan blackforest.
“Habisnya kalian tega, buat pesta nggak ngajak-ngajak kita. Trus lupain ultah kita!” seru Lina nahan mewek
“Ya ampun... Kita inget kok. Tuh, liat banner yang di depan pintu!” tunjuk Taeyeon ke arah pintu. Lina dan Changmin melihat tulisan Sengil Chukkahaeyo yang miring 23 derajat itu dengan pandnagan berbinar. Ternyata oh ternyata.... mereka ingat.
“Huweeekkk!!!” mewek mereka bareng.
Semua kontan nutup kuping apalagi Changmin nangis dengan nada G 8 oktaf. Kaca dorm Suju langsung ngacir heboh.
Stephanie mengambil sepatu Enhyuk dan menyumpalnya ke mulut Lina dan Changmin.
“Uhuk, uhuk,” batuk Lina. “Stephanie Doushitte?” paraunya.
“Iya, Doushitte Kimi Wo Sukini natte shimattan darou!”sambung Changmin.
“Salah, itu mah lagumu. Lagu kita mah cuma Doushitte doang. Itu yang di album dear.”
“Nggak pake promosi!!” teriak Suju dan SNSD kompak.
“Ya udah deh, berhubung yang punya udah dateng, kita langsung aja ngerayain ultahnya.
“Tapi... kuenya kan udah diludesin mereka gitu...” Shindong melihat serpihan kue dengan lemas.
“Ala... Masalah kue gampang. Gorengan di depan dorm juga jadi. Bukan begitu temen-temen?” Kangin minta pendapat.
Semua langsung ngangguk-ngangguk . Dan akhirnya pesta tersebut berjalan lancer tapi ancur dengan ditemani suguhan kencur yang dibeli di Banjur....

-TAMAT-

Selasa, 02 Maret 2010

kata HatiQ

tidak terasa bahwa smakin dkat ujiaan nasional ......
smoga sja UAN brjalan dgan lancar....
amin...
n smga ja tmen2 di trma di unv.yang di inginkan....
amin....
tmen2 jngan lpakan aq...meskipun qt udah gag bersma lg.,
tetpi jalinan silaturahmi ttp brjalan dg baik....
amin....