Rabu, 03 Maret 2010

Wasurenaide

“Hyung, hari ini hari apa?” Changmin bertanya seraya senyum-senyum geje kea rah Jaejoong yang sedang menonton TV dengan serius.
“Rabu,” jawab Jaejoong pendek. Pandangannya tetap tertuju kea rah Shinchan yang lagi nari-nari geje.
“Trus, sekarang tanggal berapa?” Tanya Changmin lagi.
“Auk. Yang jelas bukan tanggal 32. Soalnya mentok-mentoknya bulan tuh Cuma punya 31 hari.”
Changmin manyun. Tapi dia tidak putus asa untuk memancing Jaejoong ingat dengan hari ulang tahunnya “Hyung, inget nggak sekarang bulan apa?”
“Hm?” Jaejoong masih serius melihat tarian pinggul Shinchan. Sembunyi-sembunyi dia menirukan tarian tersebut. “Yang jelas bukan bulan membaca. Soalnya kalo udah deket bulan membaca TK di depan apartemen kita udah sibuk jualan komik.”
“Aish!” Changmin kesal sendiri. Akhirnya dia memutuskan untuk mengingatkan hyung-hyungnya yang lain. “Hyung, hyung, inget nggak hari ini hari apa?” Tanya Changmin ke Junsu yang sedang duduk seraya bertopang dagu di meja makan.
Junsu mengangguk. Changmin langsung senang melihat hal itu. “Hyung ingat hari ini ulang tahunku?!” Junsu mengangguk lagi. “Kalo gitu hyung, kita jalan-jalan yuk!” seru Changmin semangat. Junsu ngangguk-ngangguk lagi. “Jalan ke mana hyung?” Junsu ngangguk. “Kok ngangguk hyung?” Junsu ngangguk lagi. Mata Changmin langsung beralih melihat kea rah kuping Junsu. Earphone tergantung manis di kuping Junsu.
“Hyuuunnngggg!!!” Changmin berteriak. Jaejoong melemparnya dengan bantal sofa.
“Berisik!! Kalo mau latihan tangga nada, di luar sana!” usir Jaejoong.
Changmin meringis. Dia mengalihkan sasaran ke Yoochun yang tampak sibuk menulis sesuatu.
“Hyung, mau nggak jalan-jalan sama aku?” Changmin berusaha membujuk Yoochun.

Yoochun POV
5 mendatar 4 huruf, persamaan nggak mau...
“Ogah,” ujar Yoochun seraya menuliskan jawaban TTS-nya.
JEGLERRR!!! Hati Changmin langsung hancur. “Ya udah deh, Hyung tau nggak Yunho-hyung ke mana?” Changmin menyerah untuk mengingatkan 3 hyungnya ini. Mudah-mudahan saja sang leader mereka inget dengan ultah maknae mereka ini.

Yoochun POV
12 menyerong 8 huruf, tempat saringan air gagal ngalir disebut juga...
“Comberan.” Yoochun menulis jawabannya lagi.
“Hah? Comberan?” Changmin kaget. “Ngapain hyung?”

Yoochun POV
8 mendatar 5 huruf, cara ngambil air di sumur...
“Nimba.”
“Mwo? Buat apa?”

Yoochun POV
3 menurun 5 huruf, yang paling ditakutin kambing...
“Mandi.”
Changmin ngangguk-ngangguk. “Oh... karena kamar mandi kita lagi rusak ya? Emang comberannya comberan mana?”

Yoochun POV
7 melingkar 4 huruf, singkatan dari World Cup...

“WeCe.”
Changmin mengernyit. “WeCe? WeCe umum yang di samping gedung ini? Oke dah, pergi dulu ya hyung!” Changmin keluar apartemen dengan riang.
“Huwahh... Selesai juga...” Yoochun meletakkan pensilnya dan meregangkan tangannya. Dia melihat sekelilingnya. Jaejoong sekarang sibuk goyang-goyang pinggul, sedangkan Junsu sibuk mendengarkan iPod. “Kok tadi berasa adayang ngajak ngomong ya?” Yoochun garuk-garuk kepala bingung. “Auk ah!” cueknya. “Eh, gimana, persiapan ultahnya Changmin dan Lina udah siap belom?”
Jaejoong berhenti menonton TV. “Nggak tau juga. Yang jelas Yunho sekarang lagi ke dormnya suju buat mastiin persiapannya. Kita mau ke sana sekarang atau tidak?”
“Sekarang aja deh, Biar lebih siap. Menurumu gimana Junsu?” Yoochun bertanya ke Junsu yang sekarang malah asyik-asyik geleng-geleng kepala. “Ya! Kim Junsu!” Yoochun menggeplak Junsu dengan buku TTS-nya.
Junsu spontan melepas earphone-nya. “Apaan sih? Sakit tauk!” sungutnya.
“Makanya, dengerin orang ngomong dong!”
“Udah, udah, malah pada berantem. Yuk ah, kita ke dormnya suju. Ntar Changminnya keburu tau,” lerai Jaejoong dari kursinya.
“Ngomong-ngomong si Changminnya ke mana?” Junsu celingukan mencari sosok maknae mereka itu.
“Palingan ngambek gara-gara ngira kita lupa ulang tahunnya. Udah deh, mendingan kita sekarang cepetan ke dorm Suju!” perintah Jaejoong.
Yoochun menyimpan kembali buku TTS-nya dan segera menuju pintu apartemen mereka. Junsu mengikutinya dari belakang.
Yoochun terdiam sesaat. Kemudian dia menoleh kea rah Jaejoong. “Ya, Jaejoong-a, ayo cepat!”
Jaejoong menyeringai. “Eh, anu. Tadi saking semangatnya niruin Shinchan goyang-goyang pinggul, terjadi sesuatu denganku.”
“Apaan?” Tanya Yoochuun dan Junsu kompak.
“Pinggulku kecetit...”
“...”
***
Changmin celingukan di dalam WeCe berukuran 4 kali tikus 2 kali hamster tersebut. “Mana sih Yunho hyung? Katanya di sini. Yoochun hyung bo’ong ah!” kesal Changmin. Dia keluar dari WeCe tersebut dengan wajah kusut. Tanpa sengaja dia menabrak orang yang ada di depannya.
“Mianheyo...” Changmin membungkuk tanda minta maaf.
“Ne, keuncana...” jawab wanita itu. Tapi begitu melihat siapa yang menabraknya, mata wanita itu langsung terbelalak. “Changmin-a?”
“Lina-ssi, sedang apa kau di sini?” Changmin bingung.
“Kau sendiri?” Ya sudah, ayo kita mengobrol saja di kedai sana. Aku sedang makan di sana tadi.” Lina menunjuk kedai kecil yang berada di TK dekat apartemen DBSK. “Nih, pakai topiku biar kau nggak ketahuan.” Lina member Changmin topi birunya sedangkan dia memakai kacamata.
“Mau pesan apa?” Tanya Lina saat mereka masuk ke dalam kedai.
“Hm, nggak usah deh Noona. Ngerepotin...” Changmin menolak halus.
“Ngerepotin gimana, nih orang kan bangun kedai buat dibeli makanannya. Bukan buat dipajang doang...” jawab Lina santai seraya dudk di kursinya. Changmin menekuk bibirnya kesal.
“Bulgoginya satu ya adjeossi!” pesan Changmin akhirnya.
Lina menyeruput tehnya. “Fuah... Hidup ini emang berat ya...” ujarnya sok melankolis.
“Iya, apalagi kalo jempol kaki diinjek orang seenaknya. Sakit banget tuh,” sindir Changmin.
Lina melongok kea rah bawah meja. Kakinya yang beralaskan boot menginjak jempol kaki Changmin yang saat itu hanya memakai sandal. “Maap ya...”
Changmin meringis kuda (?!). Tak lama kemudian Adjeossi itu datang membawa pesanan Changmin. Changmin memakan bulgoginya sedikit kemudian menatap Lina lagi. “Emang noona kenapa sih?”
Lina meletakkan cangkir tehnya kemudian... “Huwee...” meweknya. Orang-orang yang berada di kedai tersebut langsung melihat kea rah mereka.
“Maaf, maaf, lagi latihan buat pertunjukan wayang ntar malem...” ngasal Changmin. “Udah ah noona, diem dong. Belom cerita aja meweknya udah kayak ditabok kingkong.”
Lina menghentikan tangisnya. “Abisnya aku kesel, masa Stephanie, Dana, dan Sunday luma sama ulang tahunku!”
“Mwo? Jadi noona hari ini ulang tahun? Sama dong kayak aku!”
“O ya?”Lina mengernyit. “Saengil chukkahaeyo deh kalo gitu. Memang umurmu sekarang berapa jadinya?” Tanya Lina.
“21. Kalo noona?”
“22,” jawab Lina pendek. Tiba-tiba ada botol kecap yang melayang ke arahnya. “Iya, iya, ngaku deh. Umurku 22... 2 tahun yang lalu...” ujarnya malu-malu.
Changmin menyeringai dikit. Dasar orang tua, hobinya malu. Contoh dong yang muda, hobinya nggak tahu malu.
JEDUG! Kepala Changmin digetok Lina pake spatula. “Ngapain kau ngatain aku tua ha?” galaknya.
“Yee... kapan aku ngatain noona tua?” ngeles Changmin.
“Pas aku bilang umurku 22...” omongan Lina terpotong oleh botol saos yang melayang ke arahnya. “Iya, iya, umurku 24,” kesal Lina. “Pas aku bilang gitu, sudut bibirmu naik 1,2 cm dengan sudut 27 derajat. Itu namanya kau nertawain aku kan?”
Changmin Cuma nyengir geje.
“Ya udahlah, trus ngapain kau di depan WeCe tadi?”
“Lah noona sendiri kenapa ada di sana tadi?”
“Aku awalnya mau ke Myeong-Dong..”
“Lah, kok malah ke sini?”
“Itu...” muka Lina mendadak merah.
“Noona... Jangan bilang kalo Noona nyasar?” Changmin curiga.
“Hehe...” ringis Lina. Changmin mendengus.
“Plis deh noona, ke Myeong-Dong aja bisa nyasar.”Changmin geleng-geleng kepala. “Hh... Balik ke cerita kita, aku sama kayak noona. Hyungdeul pada lupa sama ultahku. Trus pas aku Tanya ke Yoochun-hyung, Yunho hyung ada dimana, dia bilang Yunho hyung lagi di We-Ce. Makanya aku nyusul ke sana. Ternyata Yunho-hyung nggak ada tuh di sana. Kuesel!!” Changmin mematahkan sumpit bamboo kedai tersebut.
“Woi, mahal tuh. Langsung dari Cina tauk!” omel sang Adjeossi.
“Nyah, emang mahal banget pa Adjeossi?”
“Harganya emang nggak seberapa, perjuangan ngambilnya itu yang mahal. Orang yang buat tuh sumpit sempet nginep di U-Ge-De (saingannya U-Go-Girl *halah!*) gara-gara ditabok Panda yang nggak rela bambunya diambil. Mau gantiin tuh oramg ditabok Panda?”
Changmin langsung keder. “Iya iya, entar aku ganti deh...”
“Hiks... menyedihkan ya nasibku...” sendu Lina lagi.
“Sama lagi Noona, kita berdua dilupakan gitu aja. Huwee...” Changmin ikutan mewek dan SROTT... buang ingus bentar.
“Heh, itu syalku. Bukan kain gombal! Sembarangan aja ngejepret di situ!” dumel Lina.
Changmin mendongak kea rah syal itu. “Maaf noona. Nggak sengaja.”
“Nggak sengaja... cuci dulu tuh. Kembaliinnya kalo udah bersih!”
“Galak amat sih, pantesan ultahnya dilupain!”
“Kau sedniri, jorok amat sih. Sampe-sampe kalender aja nolak majangin tanggal ultahmu!” balas Lina.
“Lah tanggal ultah kita kan sama.”
“...”Lina mati kata.
“Malu nih yee...” goda Changmin.
Lina Cuma nyengir kuda. Dia dan Changmin kemudian mulai menyantap makanan mereka kembali.
“Ya, Changmin-a, abis makan ini jalan yuk!” ajak Lina setelah menghabiskan tehnya.
“Ke mana?”
“Ke mana ya... Hm... Everland aja gimana?” usul Lina.
“Yey! Hore!!” Changmin teriak kegirangan seraya mengangkat kedua tangannya. Lagi-lagi semua mata memandang ke arah mereka.
“Maap, map, besok ada lomba SKJ sekelurahan...” Lina memperagakan sedikit gaya SKJ. “Udah ah, bayar yuk. Daripada makin malu-maluin di sini!”
Lina dan Changmin berdiri dari duduknya dan berjalan kea rah Adjeossi yang tampak sibuk memotong sayuran untuk supnya.
“Adjeossi, semuany berapa ya? 1 bulgogi, 1 nasi goring Kimchi, sama 2 teh.”
“Hm?” Adjeossi itu berpikir sebentar. “50.000 Won.”
“Busyet, mahal amat,” spontan Changmin.
“Sumpit sumpit...” sang Adjeossi berusaha mengingatkan Changmin.
“Yaelah, baru bamboo yang diambil dari Panda aja . Gimana kalo yang ditabok beruang??”
“Udah ah, 50.00 cuma,” Lina merogoh sakunya. Wajahnya tiba-tiba berubah pucat. Changmin bingung melihat hal tersebut.
“Noona, keuncana?”
“Ya, Changmin-a, kau bawa uang tidak?” bisik Lina pelan.
“Em? Bentar...” Changmin mengeluarkan dompetnya. Begitu melihat isi dompetnya Changmin langsung meringis. “Kering noona...” Changmin memperlihatkan isi dompetnya yang kosong melompong.
“Ampun dah, udah dikenal ampe seluruh dunia isi dompet kemarau kronis gitu,” cibir Lina.
“Eh, noona, mau dikenal sampe planet Pluto juga kalo namanya bokek ya nasib dong...” Changmin membela diri. “Lah noona sendiri ngapain nanya aku ada duit atau nggak, emangnya noona nggak ada duit??”
“Sst! Berisik! Dompetku ketinggalan tauk!” desis Lina.
“Terus sekarang gimana?
Lina tampak berpikir sebentar. “Emm... Gini aj deh,” ujar Lina serius. Kemudian dia beralih ke adjeossi itu. “Gyaa! Wortelnya berubah jadi carrot!” pekik Lina geje.
“Apa? Ceret?” sang Adjeossi melongok ke arah wortel yang sedang dipotongnya.
“Kabur!!” Lina menarik tangan Changmin lalu kabur keluar kedai.
“Woi, tunggu. Bayar dulu!!” jerit si adjeossi sambil nagcungin pisau sayurnya. Changin dan Lina terus berlari. Tak jauh dari situ sebuah truk terparkir.
“Kita ngumpet aja di situ!” Lina menyeret Changmin masuk ke dalam truk tersebut.
Mereka berdua bersembunyi di dalam truk itu sampai ketiduran dan tak menyadari bahwa truk itu sudah berjalan pergi...
***
Tampak balon warna-warni menghiasi dorm suju. Di dekat pintu masuk terpajang banner ‘Saengil Chukkaehaeyo!!!’ yang rada berantakan gara-gara Shindong masangnya sambil merem.
“Ih, kok kayaknya miring 23 derajat ya?” komentar Sungmin.
“Ala, trigonometri dapat angka bebek aja sok-sok ngomongin sudut!” telak Shindong. Sungmin cengengesan.
Mereka semua sedang menunggu kedatangan Changmin dan Lina (emang mereka udah pada kasih tau apa ke Changmin ma Lina?) di ruang makan dorm Suju. Dikarenakan jumlah mereka yang udah sebanyak orang yang mau nikah missal, ruangan itu terasa sangat sempit.
“Anak-anak DB yang lain mana nih?” Eeteuk mengetuk-ngetuk meja dengan sendok. “Betewe kok nggak ada bunyi tok-tok ya mejanya?”
“Liat dong yang kau ketok apa?” ujar Heechul dengan nada aneh. Eeteuk melihat ke arah meja. Pantesan aja nggak ada bunyi, yang diketokin tangannya Heechul kok.
“Sakit dodol!” dumel Heechul.
“Ala, timbang sendok doang. Belum pake parang juga!” jawab Eeteuk santai yang langsung disambut pitingan oleh Heechul.
“Bagi para wanita di sini, jangan cari suami kayak gitu ya entar.” Kangin sok bijak.
“Yang kayak kau juga aku ogah,” hantam Stephanie langsung.
Kangin memberi tatapan ‘you-sit-up’ eh salah, ‘you-shut-up’ ke Stephanie.
“Ngemeng-ngemeng kue ulang tahunnya mana?” Tanya Hyoyeon. Semua langsung tersadar. “Iya ya, kuenya mana?” sambung Seohyun.
“Lah, tadi yang beli kuenya siapa?”
“Mereka berdua.” Yesung menunjuk Donghae dan Siwon.
“Trus kuenya mana?”
“Udah kok, tadi kita udah beli. Ya kan Donghae-ya?” Siwon memastikan ke arah Donghae.
“Iya sih...” ujar Donghae ngambang.
“Trusss... kuenya mana??”
“Em... Siwon-a, ngerasa nggak kalo pulang tadi kita nggak ada bawa kue?”
Siwon menoleh ke arah Donghae dengan gerakan slow motion. “Donghae-ya, jangan bilang kau...”
“Mian... aku lupa bawa kuenya abis kita beli tadi...”
“Mwoya?!!” teriak mereka keras seakan-akan mau menghancurkan dorm Suju *lebay,lebay*
“Gimana sih, kok bisa lupa? Ambil lagi deh sana!” suruh Dana kesal.
“Iya iya...”
1 menit kemudian...
“...”
“...”
5 menit kemudian...
“...”
“...”
10 menit kemudian...
“...”
“...”
“Heh, cepetan pergi! Kok malah bengong?!” bentak Sunday.
“Lah, ngambilnya sekarang?” Donghae bertanya polos.
“Ya Tuhan... Ya sekaranglah!! Donghae-ya, kau bener-bener minta digorok ya?” Yunho stress sendiri.
“Aku mau ditemenin...” manja Donghae. Dia melihat ke arah yang lain. Semua sudah memasang tulisan ‘Ogah banget’ di jidat masing-masing.
“Hm... Ya udah deh!” Donghae keluar dorm sambil menggerutu.
20 menit kemudian...
“Nih kuenya.” Donghae menyodorkan kotak kue ke arah mereka. Mereka membuka kue tersebut dan meletakkan kuenya di atas meja.
“Wah... Blackforest... laparnya...” Shindong menatap kue itu dengan pandangan berbinar.
“Kuatkan hatimu Shindong. Kuatkan!” ujar Hankyung lebay.
Tiba-tiba mereka mendengar teriakan ‘eu kyang kyang’ dari luar dorm.
“Itukan teriakan...”
“Kyaaa!!!” Taeyeon menjerit duluan.
“Lebay ah onnie!” hardik Yuri. Taeyeon nyengir malu. Akhirnya mereka semua berlari ke luar rumah.
Sementara itu...
“Ya noona, bangun!” Changmin menepuk-nepuk pipi Lina supaya bangun.
“Apaan sih? Lina mengelap peta impian yang nemplok di pipinya (bilang aja iler!).
“Kita ada di mana nih?” Changmin terlihat bingung.
“Hm?” Lina bangun dan melongokkan kepalanya ke luar truk. “Kayak kenal nih daerahnya...” gumamnya.
“Ya, onnie liat. Itu kan dorm Suju!” tunjuk Changmin ke arah Dorm Suju.
“Iya. Trus ngapain tuh mereka rame-rame di luar gitu?”
“Iya, Yunho hyung juga di situ.”
“Dana sama yang lainnya juga. Kejam. Kita dilupain gitu aja. Sementara mereka asyik-asyikan di sana...”
“Ya udah yuk noona, kita nyelinap aja ke dalam dorm suju. Biar mereka semua kaget ngeliat kita.”
“Sip!”
Sementara Lina dan Changmin mengendap-endap, yang lainnya...
“Kenapa kau berteriak Junsu-ya?” seru Yunho saat mereka semua sudah berada di luar.
“Ini nih, si Jaejoong!” Junsu menoleh ke Jaejoong yang sedang mencengkram tangannya dan tangan Yoochun seraya duduk di tanah.
“Oppa kenapa?” Tanya Sunny khawatir.
“Aku nggak kenapa-kenapa kok...” Micky senyum geje.
“Bukan kau, Jaejoong maksudnya,” potong Yunho.
“Dia? Dia mah ribut gara-gara pinggangnya kecetit.”
Jaejoong meremas tangan Yoochun. “Sakit tauk!”
“Ya tapi tanganku jangan diremes gitu dong!”
“Kenapa sih? Kecetit pinggang doang kan? Sini aku ajarin caranya supaya nggak sakit. Tarik napas dalam-dalam, buang perlahan-lahan, trus ngeden.”
PROTTT!!! Terdengar bunyi merdu dari Jaejoong.
“Jaejoong!! Jorok ah!!” seru Junsu kesal.
“Tauk nih, udah tau Eunhyuk tuh ga waras. Malah ditiru.”
“Tapi sembuh tauk!” Jaejoong tiba-tiba tersenyum cerah.
“Itu mah artinya kau nggak bisa buang gas... Wo... ngaku-ngaku kecetit!” omel Yoochun.
“Ya map bro...”
“Ya udah deh, cepetan diseret masuk gih!”
“Emangnya aku piaraan apa? Main seret!” gerutu Jaejoong.
“Bener-bener nih orang, eh, kau beneran minta dicolokk ya! Udah, cepetan seret tuh!”
“Sip!” Kangin, Heechul, dan Junsu menyeret Jaejoong masuk ke dalam dorm. Begitu mereka masuk...
“Aaaa!!!” teriak Lina dan Changmin.
“Aaaa!!!” balas Kangin, Heechul, dan Junsu.
“Beee...!!!”
“Ceee...!!!” Yang lain pada nyambung geje.
“Eh, udah, Apaan sih, pasti tekanya pada nyogok ya sampe pada masih belajar ngemeng gini!” Dana berusaha menetralkan yang sebenarnya malah bikin tambah ngaco.
“Kalian berdua kenapa tiba-tiba bisa ada di sini? Main makan aja lagi!” tunjuk Yesung ke arah mulut changmin dan Lina yang belepotan blackforest.
“Habisnya kalian tega, buat pesta nggak ngajak-ngajak kita. Trus lupain ultah kita!” seru Lina nahan mewek
“Ya ampun... Kita inget kok. Tuh, liat banner yang di depan pintu!” tunjuk Taeyeon ke arah pintu. Lina dan Changmin melihat tulisan Sengil Chukkahaeyo yang miring 23 derajat itu dengan pandnagan berbinar. Ternyata oh ternyata.... mereka ingat.
“Huweeekkk!!!” mewek mereka bareng.
Semua kontan nutup kuping apalagi Changmin nangis dengan nada G 8 oktaf. Kaca dorm Suju langsung ngacir heboh.
Stephanie mengambil sepatu Enhyuk dan menyumpalnya ke mulut Lina dan Changmin.
“Uhuk, uhuk,” batuk Lina. “Stephanie Doushitte?” paraunya.
“Iya, Doushitte Kimi Wo Sukini natte shimattan darou!”sambung Changmin.
“Salah, itu mah lagumu. Lagu kita mah cuma Doushitte doang. Itu yang di album dear.”
“Nggak pake promosi!!” teriak Suju dan SNSD kompak.
“Ya udah deh, berhubung yang punya udah dateng, kita langsung aja ngerayain ultahnya.
“Tapi... kuenya kan udah diludesin mereka gitu...” Shindong melihat serpihan kue dengan lemas.
“Ala... Masalah kue gampang. Gorengan di depan dorm juga jadi. Bukan begitu temen-temen?” Kangin minta pendapat.
Semua langsung ngangguk-ngangguk . Dan akhirnya pesta tersebut berjalan lancer tapi ancur dengan ditemani suguhan kencur yang dibeli di Banjur....

-TAMAT-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar